Jumat, 30 Mei 2008

Oh Pencak Silat ku

Pencak silat sebagai bela diri merupakan suatu filsafah yang sudah sangat lama tertanam. tetapi melihat kenyataan yang terjadi saat ini, terjadi perkelahian antar perguruan yang mencoreng nama pencak silat. Seolah-olah filsafah bela diri merubah menjadi filsafah gengsi yang dari semua sisi ingin menujnjukkan bahwa perguruannya atau dirinya lah yang paling hebat, paling tangguh, dan paling berkuasa.

Model-model persaingan yang kurang sehat nampaknya sulit untuk dihilangkan dari para punggawa-punggawa pencak silat. Permainan uang, kebijakan, wasit juri dalam pertandingan bahkan masih sering terjadi. Beberapa pengurus ipsi condong mementingkan misi perguruannya ketimbang kepentingan bersama. Mungkin inilah yang menyebabkan olah raga ini mengalami beberapa kemunduran beberapa tahun lalu, walau pun sudah mengalami kemajuan lagi dari segi prestasi di Sea Games 2008 kemarin.

Keadaan yang seperti ini tidak bisa dibiarkan. Jika ingin membawa olah raga budaya Indonesia ini mendunia, sudah saatnya semua pohak bekerja sama tanpa mementingkan pribadi dan golongan, tetapi hanya untuk kepentingan pencak silat semata.

Selasa, 27 Mei 2008

Pencak Silat Siap PON

Pada saat sejumlah cabang dikabarkan belum sepenuhnya siap menggelar Pekan Olahraga Nasional (PON) 2008 di Kaltim, pencak silat justru menyatakan optimismenya. Ketua Panpel PON 2008 untuk pencak silat, Harimurti WS, menyatakan panitia telah siap sepenuhnya.

Sebelumnya, sejumlah cabang dikabarkan belum siap menggelar event nasional itu karena belum tersedianya perlengkapan pertandingan. "Kalau cabang pencak silat, meski dari PB PON baru tersedia stopwatch dan timbangan, kami tidak risau. Terus terang, kami dari Pengda IPSI Kaltim sudah siap untuk keadaan darurat. Jadi, pada prinsipnya kami optimistis pencak silat bisa berjalan lancar," ujar Harimurti usai rapat koordinasi dengan PB IPSI di Jakarta.

Menurut Harimurti, meski pihaknya siap untuk keadaan darurat, ia meminta PB PON untuk segera menyediakan perlengkapan pertandingan karena waktu pelaksanaan PON makin dekat. "Kami meminta untuk segera dikirim perlengkapan pertandingan. Kami, kan, perlu waktu untuk melakukan pengecekan menyangkut peralatan, apakah memang sudah sesuai standar atau belum. Kami perlu verifikasi agar semua sesuai standar," ujar Harimurti.

Cabang pencak silat sendiri akan dipertandingkan di gedung serbaguna Sepaja, Samarinda, 11-16 Juli. Sampai saat ini panpel telah menyeleksi wasit dan juri untuk PON nanti. "Untuk wasit dan juri, semua sudah siap dan kami juga telah menyiapkan hotel tempat mereka menginap nanti. Begitu juga dengan atlet-atlet yang akan bertanding," ujar Harimurti yang juga Ketua Bidang Organisasi Pengda IPSI Kaltim.

Persiapannya sendiri, menurut Harimurti, sudah 80 persen dan panpel tinggal menunggu peralatan pertandingan dari PB PON Kaltim. "Kalaupun nanti ternyata dari PB PON peralatan pertandingan tidak siap juga, Pengda IPSI Kaltim akan mencarikan solusi yang terbaik agar PON bisa berjalan lancar. Tapi, sampai saat ini, kami tetap menunggu kiriman peralatan pertandingan dari PB PON," ujar Harimurti.

Cabang pencak silat dalam PON 2008 akan diikuti sekitar 242 atlet. Dari jumlah tersebut, 14 merupakan wild card, sedangkan 28 atlet peserta tuan rumah.Sementara itu, Wakil Ketua PB IPSI Oyong Karmayudha mengatakan bahwa alasan pilkada yang selama ini dikhawatirkan sebagai penghambat pelaksanaan PON 2008 sama sekali tidak relevan. "Tidak bisa pilkada dijadikan alasan untuk memundurkan waktu pelaksanaan PON 2008. Semua, kan, sudah terjadwal dari awal. Jadi, seharusnya sudah dipikirkan berbagai aspek yang akan terjadi," ujar Oyong.(Syamsudin W).

Senin, 26 Mei 2008

Tentang Pencak Silat

Sejarah Pencak Silat

Pencak Silat adalah seni beladiri yang berakar
pada rumpun Melayu. Seni beladiri ini banyak ditemukan di Brunei, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan negara-negara yang berbatasan dengan negara etnis Melayu tersebut.

Banyak ahli sejarah menyatakan bahwa Pencak Silat pertama kali ditemukan di Riau pada jaman kerajaan Sriwijaya di abad VII walaupun dalam bentuk yang masih kasar. Seni beladiri Melayu ini kemudian menyebar ke seluruh wilayah kerajaan Sriwijaya, semenanjung Malaka, dan Pulau Jawa.

Namun keberadaan Pencak Silat baru tercatat dalam buku sastra pada abad XI. Dikatakan bahwa Datuk Suri Diraja dari Kerajaan Pahariyangan di kaki gunung Merapi, telah mengembangkan silat Minangkabau disamping bentuk kesenian lainnya. Silat Minangkabau ini kemudian menyebar ke daerah lain seiring dengan migrasi para perantau. Seni beladiri Melayu ini mencapai puncak kejayaannya pada jaman kerajaan Majapahit di abad XVI. Kerajaan Majapahit memanfaatkan pencak silat sebagai ilmu perang untuk memperluas wilayah teritorialnya.

Kerajaan Majapahit menguasai hampir seluruh wilayah Nusantara. Hanya kerajaan Priyangan di tanah Pasundan yang tidak dapat dikuasai penuh oleh Kerajaan Majapahit. Tentara kerajaan Priyangan ini terkenal akan kehebatan pencak silatnya. Karena wilayahnya yang terisolir, dan terbatasnya pengaruh Majapahit, seni beladiri kerajaan Priyangan hampir tidak mendapat pengaruh dari silat Minangkabau. Pencak silat priyangan ini terkenal dengan nama Cimande.

Para ahli sejarah dan kalangan pendekar pada umumnya sepakat bahwa berbagai aliran Pencak Silat yang berkembang dewasa ini, bersumber dari dua gaya yang berasal dari Sumatra Barat dan Jawa Barat seperti diuraikan di atas.


Aspek-aspek Pencak Silat

IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) mendefinisikan pencak silat sebagai suatu kesatuan dari empat unsur yaitu unsur seni, beladiri, olahraga, dan olahbatin.

Unsur seni merupakan wujud budaya dalam bentuk kaidah gerak dan irama yang tunduk pada keseimbangan, keselarasan, dan keserasian.

Unsur beladiri memperkuat naluri manusia untuk membela diri terhadap berbagai ancaman dan bahaya, dengan teknik dan taktik yang efektif.

Unsur olahraga mengembangkan kegiatan jasmani untuk mendapatkan kebugaran, ketangkasan, maupun prestasi olahraga.

Unsur olahbatin membentuk sikap dan kepribadian luhur dengan menghayati dan mengamalkan berbagai nilai dan norma adat istiadat yang mengandung makna sopan santun sebagai etika kalangan pendekar.